Model Pemecahan masalahberpedoman
kepada teori belajar yang artikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk final tetapi
diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">
Sebagai model pembelajaran, Pemecahan
masalah mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan Pemecahan masalah . Tidak ada perbedaan
yang prinsip pada ketiga istilah ini.
Pada Pemecahan masalah lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Pemecahan masalah adalah masalah masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru.
Dalam mengaplikasikan model
pembelajaran Pemecahan masalah guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented.
script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">
Dalam Pemecahan masalah,
hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, histori atau ahli matematika. Bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Pemecahan masalah dapat:
• Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
• Pengetahuan
yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
• Menimbulkan
rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
• Model
pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
• Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
• Model
pembelajaran Pemecahan masalahini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
• Berpusat
pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
• Membantu
siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
• Siswa
akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
• Membantu
dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
• Mendorong
siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
• Mendorong
siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
• Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang;
• Proses
belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
• Meningkatkan
tingkat penghargaan pada siswa;
• Kemungkinan
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
• Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Model pembelajaran Pemecahan
masalahini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Model pembelajaran Pemecahan
masalahini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung
dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah
terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Model pembelajaran Pemecahan
masalahlebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu,
misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Model
pembelajaran Pemecahan masalahtidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Model
Pembelajaran Pemecahan masalah
1. Langkah
Persiapan
Langkah persiapan
model pembelajaran penemuan (Pemecahan masalah) adalah sebagai berikut:
• Menentukan
tujuan pembelajaran
• Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
• Memilih
materi pelajaran.
• Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)
• Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa
• Mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik
• Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi
masalah)
Setelah dilakukan stimulasi
langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung
guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
(Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244)
pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
Penilaian Pada Model Pembelajaran
Penemuan (Pemecahan masalah)
Dalam Model Pembelajaran Pemecahan
masalah, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian yang digunakan dapat
berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
Jika bentuk penilainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran Pemecahan masalah dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar