Selasa, 29 Desember 2015

CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK DI TINGKAT DASAR (SD/MI, SMP/MTs)



     A. PENDAHULUAN      Anda sebagi guru tingkat dasar (SD/MI, SMP/MTs), tentunya mengetahui bahwa kemampuan peserta didik beragam. Salah satu keragaman yang mungkin dialami oleh sebagian peserta didik yang ada di kelas tersebut adalah kesulitan belajar, yang sering disebut-sebut sebagai peserta didik yang bodoh. Perlu anda pahami bahwa anak sulit belajar/berkesulitan belajar yang dimaksudkan disini bukanlah anak yang bodoh karena malas belajar atau  karena tunagrahita, melainkan berkaitan dengan disfungsi sistem persarafan pusat. Anak yang berkesulitan belajar ini harus mendapat layanan khusus yang sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya sehingga ia dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
    Untuk memberikan layanan khusus yang dibutuhkan oleh anak sulit belajar/berkesulitan belajar, anda sebagai guru di tingkat dasar (SD/MI, SMP/MTs) harus memiliki pemahaman yang cukup tentang apa itu “sulit belajar/berkesulitan belajar, dan bagaimana tekhnik bantuan/layanan khusus dalam menangani sulit belajar/berkesulitan belajar tersebut.    Dalam tulisan ini akan membantu anda dalam memperoleh pemahaman tentang sulit belajar/berkesulitan belajar sehingga anda mampu memberikan layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik sulit belajar/berkesulitan belajar yang mungkin ada di kelas anda, karena di dalam tulisan ini di jelaskan tentang 1) defenisi, penyebab, dan jenis-jenis kesulitan belajar, 2) klasifikasi kesulitan belajar, dan 3) penyebab kesulitan belajar.B. PEMBAHASAN.1. Defenisi, penyebab, dan jenis-jenis kesulitan belajar.Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan Belajar (ABB) cukup beragam. Keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda. Kelompok ahli bidang medis menyebutnya dengan istilah brain injured, dan  minimal brain dysfunction, kelompok ahli psycholinguistic menggunakan istilah language disorders, dan selanjutnya dalam bidang pendidikan ada yang menyebutnya dengan istilah educationally handicapped. Namun, istilah umum yang sering digunakan oleh para ahli pendidikan adalah learning disabilities (Donald, 1967:1) yang diartikan sebagai “kesulitan belajar”. Oleh karna sifat kelainannya yang spesifik, kelompok anak yang mengalami kesulitan belajar ini, disebut specific learning disabilities, yaitu Kesulitan Belajar Khusus (Painting, 1983: Kirk, 1989). (antidesy.blogsot.com  PGSD’11 FKIP UNSRI,diakses sabtu 8 februari 2014).
Defenisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Educations (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan public Law (PL) yang hampir identik dengan defenisi yang dikeluarkan oleh The National Advisory Committeeon Handicapped Children tahun 1967. Defenisi tersebut berbunyi;
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir,, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi sepertian gangguan perceptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. (Unimyspecialworld.blogspot.com. diakses sabtu 26 Januari 2013)  Dalam dunia pendidikan digunakan istilah educationally handicapped karna anak-anak ini mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan secara khusus (special education) sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya (Hallahan dan Kauffman, 1991). Layanan pendidikan khusus yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga dalam strategi atau pendekatan bantuannya.
            Istilah yang digunakan paramedis adalah brain injured, minimal brain dysfunction dengan alasan bahwa dari hasil deteksi secara medis anak-anak berkesulitan belajar mengalami penyimpangan dalam perkembangan otaknya yang diakibatkan oleh adanya masalah pada saat proses persalinan atau memang sejak dalam kandungan mengalami penyimpangan. Penyimpangan perkembangan otak biasanya tidak menimbulkan kelainan struktual, akan tetapi penyimpangan tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi pada otak (Dikot,  Y., 1992:6). Sementara itu para ahli bahasa menyebutnya dengan istilah language disorder karena anak-anak berkesulitan belajar mengalami gangguan dalam berbahasa.  Gangguan berbahasa yang dimaksud, meliputi berbahasa ekspresif, yaitu kemampuan mengemukakan idea tau pesan secara lisan, dan berbahasa reseptif, yaitu kemampuan menangkap idea tau pesan orang lain yang disampaikan secara lisan.     Adapun pengertian tentang anak berkesulitan belajar khusus, sebagaimana dijelaskan oleh Canadian Association for Children and Adults with Learning Disabilities (1981) adalah mereka yang tidak mampu mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran disekolah meskipun kecerdasannya termasuk rata-rata, sedikit diatas rata-rata atau sedikit dibawah rata-rata, dan apabila kecerdasannya lebih rendah dari kondisi tersebut bukan lagi termasuk learning disabilities. Keadaan ini terjadi sebagai akibat disfungsi minimal otak (DMO), yaitu adanya penyimpangan dalam perkembangan otak yang dapat berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti gangguan persepsi, pembentukan konsep, bahasa, ingatan, control perhatian atau gangguan motorik, gangguan emosional, reterdasi mental atau akibat lingkungan (Wright, dkk., 1985).      Public law (Hallahan dan Kauffman, 1991: 126) menjelaskan tentang “Specific Learning Disabilities” sebagai gangguan pada satu proses psikologis dasar atau yang lebih terlihat dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis dengan wujud, seperti ketidaksempurnaan mendengar, memikirkan, membicarakan, membaca, menulis, mengucapkan, atau melakukan penghitungan matematis. Di dalam istilah kesulitan belajar tercakup kondisi-kondisi halangan persepsi, cedera otak, disfungsi minimal otak, disleksia, dan aphasi perkembangan. Istilah ini tidak mencakup pada anak yang mempunyai masalah yang pada dasar nya sebagai akibat hambatan visual, pendengaran, tunagrahita, gangguan fisik, gangguan emosi, lingkungan, budaya, dan ekonomi yang kurang menguntungkan.      The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum yang digunakan untuk kelompok gangguan heterogen yang berupa kesulitan nyata dalam menggunakan pendengaran, percakapan, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika. Gangguan ini terdapat di dalam diri seseorang dan dianggap berkaitan dengan disfungsi system saraf pusat. Sekalipun kesulitan belajar mungkin berdampingan dengan kondisi-kondisi hambatan lain (misalnya perbedaan budaya, kekurangan pengajaran, faktor penyebab psikogen), kesulitan belajar bukan akibat langsung dari kondisi atau pengaruh tersebut.     Memperhatikan ketiga pengertian tentang anak berkesulitan belajar khusus tersebut, tergambar bahwa sumber penyebabnya, yaitu pada “disfungsi system saraf pusat”. Kondisi “disfungsi” menunjukkan adanya gangguan fungsi dari system saraf sehingga tidak berperan sebagaimana mestinya. Gangguan yang terjadi pada aspek organis, dan pada proses psikologis dan berhitung tidaklah bersifat permanen sehingga memungkinkan kembali berfungsi optimal manakala memperoleh layanan yang sesuai.
      Berdasarkan gambaran  diatas, kita dapat membuat batasan yang lebih ringkas sebagai berikut. “anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak atau dalam psikologis dasar sehingga prestasi belajar tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan potensinya secara optimal mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus”. (Wardani. K. IG.A.dkk.2011: 8.3-8.5)2. Klasifikasi kesulitan belajar.   Menurut Wardani. K . IG.A. dkk, mengatakan  kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan yang heterogen sehingga sulit untuk diklasifikasikan secara spesifik. Namun demikian, pengklasifikasian itu diperlukan dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Kirk dan Gallagher (1989: 187) dalam Wardani. K . IG.A. dkk, menjelaskan bahwa kesulitan belajar dibedakan dalam 2 kategori besar, yaitu:1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
    disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencakup
    gangguan perhatian, ingatan, motorik dan persepsi, bahasa dan berpikir2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik
    mencakup kesulitan membaca, menulis, dan berhitung atau matematika.      Kesulitan belajar dalam perkembangan dapat mempengaruhi proses untuk menerima, menginterpretasikan, dan merespons stimulus dari lingkungannya. Dengan demikian, masalah sering terjadi dalam proses penerimaan informasi, tetapi tidak selalu dihubungkan dengan masalah prestasi akademik. Sebagai contoh, ada beberapa anak yang mengalami kekurangan perceptual-motor tidak mampu membaca, tetapi anak lainnya dengan kekurangan yang sama mampu membaca.     Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kesulitan dalam perkembangan dan kesulitan belajar akademik, yang menggambarkan kekurangan dalam keterampilan prasyarat (prerequisite). Sebagai contoh, sebelum anak dapat belajar menulis, ia harus memiliki keterampilan atau kemampuan tertentu (sebagai prasyarat), seperti koordinasi mata-tangan, mengingat, dan kemampuan mengerutkan, sedangkan untuk belajar membaca, anak membutuhkan kemampuan membedakan stimulus visual dan auditori, mengingat, asosiasi, dan mengonsentrasikan perhatiannya.     Kesulitan belajar akademik merupakan suatu kondisi yang secara signifikan menghambat proses belajar membaca, menulis, dan operasi berhitung. Kesulitan tersebut tampak ketika anak sudah masuk sekolah dan prestasinya dibawah potensi akademiknya. Rendahnya prestasi tersebut bukan disebabkan oleh keterbatasan mental (tunagrahita), gangguan emosi yang serius atau gangguan sensori atau keterasingan dari lingkungan.
3. Penyebab kesulitan belajar.    Pengertian kesulitan belajar; 1) alam keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagai mana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. 2) Kesulitan belajar yang dimaksud disini ialah, kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menerapkan pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi padaa waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru. 3) dalam defenisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. 4) Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu bisa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (dibawah rata-rata kelas). (Notesofdaa.blogsot.com. diakses 01 Oktober 2013).
    Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain ia mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri, dari sekitarnya, ataupun karena factor-faktor lain yang menjadi pemicunya.     Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negative terhadap hasil belajarnya. Jika kadang kita beranggapan bahwa hasil belajar yang baik itu diperolah oleh anak didik yang memiliki intelengensi di atas rata-rata, namun sebenarnya terkadang bukan intelegensi yang menjadi satu-satunya tolak ukur prestasi belajar. Justru terkadang kesulitan belajar ini juga turut berperan dalam mempengaruhi hasil belajar anak didik.     Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar (learning disabilities). Namun, secara tegas dikemukakan oleh Roos (1976), Siegel, dan Gold (1982), serta Painting (1983), dalam (Wardani. K. IG.A.dkk.2011: 8.3-8.6), bahwa kesulitan belajar khusus disebabkan oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan factor berikut:1) cedera otak pada masa perkembangan otak.2) ketidakseimbangan zat-zat kimiawi di dalam otak.3) gangguan perkembangan saraf.4) kelambatan proses perkembangan individu.    Ahli lain yaitu Hallahan dan Kauffman (1991: 127-128) dalam (Wardani. K. IG.A.dkk.2011: 8.3-8.6) mengemukakan 3 faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu1) organis/biologis.2) genetic.3) lingkungan.Ad. 1. Faktor organis/biologis          Banyak ahli yang meyakini bahwa timbulnya kesulitan belajar khusus pada anak disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem saraf pusat. Bukti adanya gangguan dari sistem saraf pusat terlihat dari studi yang dilakukan oleh E. Roy John, dan kawan-kawan (1989) dengan menganalisis hasil electroemchepalogam (EEG) dan ditemukan adanya kelainan pada gelombng otak. Demikian pula penelitian dari Hynd dan Semrud-clikeman (1989) yang menggunakan computerized tomographic scans (CT Scans) ditemukan adanya gangguan saraf pada anak yang mengalami kesulitan belajar khusus.Ad.2. Faktor Genetis     Munculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan oleh faktor genetis atau keturunan sebagaimana dikemukakan oleh Finucci dan Child (1983) serta Owen, Adams, Forrest, Stolts dan Fisher (1971). Sementara itu dari hasil penelitian Olson, Wise, Conners, Rack dan Fulker (1989). Ditemukan bahwa pada anak-anak yang kembar identik (kembar siam) banyak yang mengalami kesulitan membaca.Ad.3. Faktor Lingkungan          Anak berkesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat sulit untuk didokumentasikan. Meskipun demikian, sering dijumpai adanya masalah dalam belajaryang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti guru-guru yang tidak mempersiapkan program pengajarannya dengan baik atau kondisi keluarga yang tidak menunjang. Dengan demikian, lingkungan yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada anak, bukanlah bersifat primer (utama), tetapi lebih banyak bersifat sekunder.      Dari hasil penelitian para ahli diagnostik lain, ditemukan 4 faktor yang memperberat gangguan dalam belajar, keempat faktor ini sering ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar (Kirk/Gallagher,1989: 197). Adapun keempat faktor adalah berikut ini.a.      Kondisi Fisik
     Kondisi visik meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.b. Faktor Lingkungan    Lingkungan keluarga, masyarakat dan dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian prestasi akademis. Pengalaman yang mengguncangkan jiwa, perasaan tertekan dalam keluarga, dan kesalahan dalam mengajar juga dapat menghambat kemajuan belajar, akan tetapi anak yang mengalami hambatan tersebut tidak disebut anak yang berkesulitan belajar, kecuali faktor lingkungan yang tidak menguntungkan ini mengakibatkan adanya gangguan konsentrasi, memori dan proses berpikir.c. Faktor Motivasi dan Aveksi
    Kedua faktor ini dapat memperberat anak yang mengalami berkesulitan belajar. Anak yang selalu gagal pada satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak menjadi seorang pelajar yang pasif (tak berdaya).d. Kondisi Psikologis    Kondisi psikologis (yang berhubungan dengan anak yang berkesulitan belajar) inimeliputi gangguan perhatian, persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berpikir, dan lambat dalam kemampuan berbahasa.    Perbedaan antara faktor penyebab (faktor primer) dan faktor yang memperberat (faktor sekunder) merupakan hal yang mendasar dalam melakukan remidi. Dalam pelaksanaannya harus dianalisis secara cermat mana yang merupakan faktor primer dan mana yang merupakan faktor sekunder.KESIMPULAN1. Anak berkesulitan belajar menunjukkan beberapa karakteristik sebagai berikut.a. Beberapa anak berkesulitan belajar menunjukkan gangguan dalam persepsi penglihatan dan pendengaran. Masalah ini tidak sama dengan masalah ketajaman penglihatan dan pendengaran, seperti yang dialami tunanetra dan tunarungu.b.  Anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan memusatkan perhatian dan menjadi hiperaktif. Meskipun terdapat anak yang mengalami masalah dalam perhatian hiperaktif tanpa disertai kesulitan belajar, jumlah kesulitan belajar sangat tinggi di antara anakyang mengalami masalah perhatian dan hiperaktif.c.  Anak berkesulitan belajar mengalami gangguan dalam masalah mengingat dan berfikir.d.  Anak berkesulitan belajar menunjukkan gejala tidak dapat menyesuaikan diri dengan temannya, guru, dan orang tua.e.    Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif.f.    Pencapaian hasil belajar yang rendah.2. Anak berkesulitan belajar khusus membaca, menunjukkan karakteristik bahwa ia     mengalami gangguan dalam membaca lisan, ingatan jangka pendek, serta pemahaman.D. REKOMENDASI     Untuk memberikan layanan khusus yang dibutuhkan oleh anak berkesulitan belajar sehingga anda sebagai seorang guru harus memiliki pemahaman yang cukup tentang apa itu kesulitan belajar dan bagaimana teknik bantuan/ layanan khusus dalam menangani kesulitan belajar tersebut.     Mudahan dengan membaca tulisan yang sangat sederhana ini bisa membantu anda untuk  mampu memberikan layanan yang dibutuhkan oleh anak berkesulitan belajar yang mungkin ada di kelas anda. Oleh karana itu anda harus berusaha mencari jalan keluar dengan sebaik-baiknya. Semoga anda berhasil. AminDAFTAR PUSTAKAUdin S. Winataputra. (2003).  Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan                           Universitas Terbuka
Permanarian. S. (1992). Pengajaran Remidi. Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Bandung: FIP IKIP Bandung.Wardani.K.IG.A. dkk. (2011). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas  Terbuka.(antidesy.blogsot.com  PGSD’11 FKIP UNSRI,diakses sabtu 8 februari 2014).(Notesofdaa.blogsot.com. diakses 01 Oktober 2013) (Unimyspecialworld.blogspot.com. diakses sabtu 26 Januari 2013)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Contoh laporan Penelitian Tindakan Kelas

< !-- Bahan pelajaran --> BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Semua guru atau siswa pasti selal...