Pengkajian Kebutuhan (Need Assesment) sebagai tahap awal dalam kiat-kiat pembinaan dan pengembangan SDM, yang dilanjutkan dengan Persiapan dan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan untuk memperdalam aspek: tecnical skill, conceptual skill, humanskill, political skill, dan personal growth dari peserta diklat, dengan asumsi bahwa peserta telah memiliki (K)Knowledge: Pengetahuan, (S) Skill: Ketrampilan, dan (A) Atitude:Sikap. Setelah selesai mengikuti pendidikan diharapkan lebihmenekankan pada perubahan Atitude (Sikap), setelah itu Skill(Ketrampilan), dan terakhir memiliki knowledge (pengetahuan).
Sementara dari instruktur mencakup aspek-aspek: a)Kemampuan
profesional, b) Kemampuan sosial, c) Kemampuan personal, dimana kemampuan
profesional meliputi (1) Penguasaan materi pelajaran yangterdiri dari bahan
yang akan diajarkan, dan konsep dasar keilmuandari bahan yang diajarkan itu:
(2) Penguasaan dan penghayatan ataslandasan dan wawasan kependidikan dan (3)
Penguasaanproses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.Kemampuan sosial
menyangkut kemampuan menyesuaikandiri kepada tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar pada waktumembawakan tugasnya sebagai instruktur. Kemampuan
personal(pribadi) mencakup: (1) Penampilan sikap yang positif
terhadapkeseluruhan tugasnya sebagai seorang pelatih beserta unsure -unsurnya:(2)
Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai yangseyogyanya dianut oleh seorang
instruktur: (3) Penampilan upayauntuk menjadikan dirinya panutan dan teladan
bagi peserta latihankeguruan;Tahap ahir dari kiat ini adalah Penempatan kembali personil setelah
mengikuti pendidikanmerupakan sebagai salah satu tindakan manajemen A. Pendahuluan
Di
tengah-tengah berbagai sumber kekuatan aau berbagaijenis potensi untuk program
yang mengandung potensi untukmenimbulkan perubahan organisasi, maka isu
kritisnya adalahseberapa kuat impuls yang bersumber dari peraturan dan
programpendidikan dan pelatihan yang mampu berperan sebagai “pemicu”dalam
perubahan organisasi atau pencapaian tujuan yang telahditetapkan.Lembaga
pendidikan yang bertugas meningkatkan mutu unjukkerja personil seyogyanya
mempertimbangkan hasil kajian mutuunjuk kerja personil yang telah diperoleh,
sebagai bahan pengayaankurikulum. Kurikulum yang dipakai adalah koheren yang
secarasubstantif mensikronisasikan kebutuhan individu dengan
kebutuhanorganisasi sebagai tujuan yang akan dicapai. Kurikulum, prosespendidikan
dan pelatihan, dan evaluasi merupakan suatu system yang harus direncanakan
secara strategis, sehingga dalampelaksanaan tidak banyak mengalami benturan dan
hambatan.Instruktur dan
peserta merupakan komponen yang sangatmenentukan.Untuk melaksanakan pendidikan
danpelatihan diperlukan suatu strategi.Strategi yang dapat ditempuhtetap
mengacu pada mutu, di mana produk akhir diukur danmemenuhi standard
tertentu.Standard bagi personil diukur darikemampuan melaksanakan tugas sesuai
dengan eselon tertentu.Personil yang
matang tanpa dukungan dan organisasi yangmapan juga tidak akan mendatangkan
produtkivitas yang tinggi.Agar produktivitas organisasi semakin meningkat, maka
penggunaan(deployment) pegawai setelah pelatihan perlu dilakukan secara
tepat.Pengkajian
Kebutuhan (Need Assesment); Persiapan dan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan;
Penempatan dan peningkatan Kinerja Pegawai, merupakan tiga hal yang harus
diperhatikan dalam menentukn kiat atau strategi dalam pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia.Belum secara
meratanya pemahaman dan pengertian ini dikuasai oleh pimpinan, mulai level
terbawah sampai pemimpin level atas, itulah sebabnya saya mencoba menulis kiat
pembinaan dan pengembangan SDM ini dengan harapan semua pemimpian dapat
memperoleh tambahan pengetahuan.
B. KIAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SDM
Untuk pembinaan
serta pengembangan sumber daya manusiadiperlukan suatu kiat tertentu, sehingga
hasil yang diharapkanbisa tercapai. Henry Mintzberg yang menjelaskan bahwa, A
strategyis the pattern or plan that integrates an organization’s
gloals,policies, and action sequences into a cohesive whole.Dari pengertian
ini dapat dipahami bahwa ada tiga aspek yang perlu diperhatian; tujuan organisasi, kebijakan, danurutan
tindakanmenjadisuatu kesatuan yang utuh,(HenryMintzberg,
1982:5). Farky Gaffar (1994:7), menegaskan bahwa strategiadalah mekanisme
organisasi yang menjabarkan visi secaraoperasional dan menterjemahkan
kebijaksanaan dalam bentuktindakan nyata. Strategi adalah cara yang tepat untuk
melaksanakankebijakan
Strategi yang
dapat ditempuh dalam pembinaanpengembangan SDM dalam manajemen dimulai dari
pengkajiankebutuhan (need assesment) untuk suatu program, persiapan
danpelaksanaan pendidikan, evaluasi dan pembinaan untukmeningkatkan effisiensi
dan efektivitas implementasi pendidikandan pelatihan. Mengembangkan kerja sama
dengan pihak pemakaiuntuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
merupakanstrategi yang cukup penting. Kegiatan tersebut akan dibahas
satupersatu berikut ini.1. Pengkajian Kebutuhan (Need Assesment)Salah satu
kegiatan dalam pengkajian ini adalah mengkajimutu unjuk kerja personil.Agar
perencanaan pendidikan danpelatihan mencapai sasaran, maka organisasi pemakai
perlumengkaji mutu unjuk kerja personil di lingkungannya secarakomprehensif.
Daniel L. Stufflebeam dkk (1985:6-7)mengemukakan beberapa definisi kebutuhan
dalam mengkajikebutuhan adalah sebagai berikut:Discrepancy
view: A need is discrepancy between desiredperformance and observed or
predicted performance”.Democratic view: A need is a charge desired by a
mayority ofsome referance group. Analytic View: A need is direction inwich
improvement can be predicted to accur, giveninformation about current status.
Diagnostic view: A need issomething who absence or defiency proves harmfull (tergantung dari sudut mana kita melihatnya,karena
kebutuhan adalah perbedaan antara kinerja yang diinginkan dan diamati atau
kinerjadiprediksi". pandangandemokratis: kebutuhan adalah
biaya yang diinginkan oleh mayority beberapa kelompok referance. AnalyticView: kebutuhan adalah arah perbaikan dapat diprediksi, pandangan diagnostik: kebutuhan adalah
sesuatu yang tidak adanya atau defiency membuktikan merugikan).
Kebutuhan akan
pendidikan dan pelatihan bukan hanyadilakukan secara kuantitatif tapi perlu
dilakukan secarakomprehensif yakni dengan mengkaji dan menginventarisasi
mutuunjuk kerja personil yang ada sekarang dengan yang seharusnyauntuk mampu
menyelesaikan pekerjaan.2. Persiapan dan Pelaksanaan Pendidikan dan PelatihanPelaksanaan
pendidikan dan pelatihan memerlukan persiapan.Di antara persiapan itu adalah
membuat kebijakan pertemuandengan penatar, membuat jadwal, mempersiapkan
fasilitas prosesbelajar mengajar.Untuk membuat
persiapan pendidikan dan pelatihan Diklatperlu mengadakan pertemuan dengan
seluruh penatar.Kita tidakboleh berasumsi bahwa silabi sudah cukup memadai
untuk peganganmenyampaikan materi.Pertemuan dengan seluruh penatar padadasarnya
untuk mencegah terlalu jauh menyimpang dari tujuanyang telah
ditetapkan.Koordinasi di antara adanya pertemuanbersama semua gerak langkah
terkoordinasi dengan baik. Dalam halseperti ini perlu sikap hati-hati dalam
membuat suatu asumsi sepertiyang disarankan oleh Michael W. Apple (1995:153), “We
shouldcautions of technical solutions to political problems. We shouldcautions
about fine-sounding words that may not take account ofdaily lives of the people
who work in this institutions”.
Tantangan dalam
pengembangan program dan pelaksanaankurikulum adalah faktor penatar, panitia,
dan sistem organisasi.Dalam kondisi seperti ini dituntut tanggungjawab pimpinan
sebagaiperancang program.“In dedigning profesional developmentprograms for
those responsible for instructions, instructionalleaders should address
the technical skills needed to develop andimplement an outcome-based
instructional system...” (Kathleen A.Fitzpatrick, 1995:127).Dari pembahasan
di atas jelaslah bahwa kurikulum perludiupayakan untuk dihubungkan dengan tugas
personil di lapanganyang menyangkut berbagai ketrampilan.Keterhubungan itu
memangperlu diperhatikan dalam merancang kurikulum.Substansi kurikulum perlu
menyentuh seluruh kebutuhan organisasi danpertumbuhan kepribadian peserta. Jika
dilihat dari materikurikulum, agar peserta mengalami perubahan yang
mendasarsebagai aparat pemerintah, maka kurikulum seyogyanya secarasubstansi
memuat tentang: tecnical skill, conceptual skill, humanskill, political
skill, dan personal growth.
Ketrampilan
teknis (technical skill) yaitu kemampuan untukmenggunakan alat-alat,
prosedur dan teknik dari suatu bidangkegiatan tertentu. Ketrampilan manusiawi (human
skill) yaitukemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami
danmerancang serta mendorong orang lain. Orang lain itu termasukbawahan.Ketrampilan
konseptual (conceptual skill) adalah kemampuanmengkoordinasi dan
mengintegrasikan seluruh kepentingan dankegiatan organisasi sehingga organisasi
dapat dilihat sebagai satukesatuan yang utuh.Ketrampilan
politis (Political skill) dimaksudkan adalahketrampilan yang mampu
memperoleh kekuatan untuk mencapaitujuan organisasi.Ketrampilan politis
termasuk menentukanhubungan yang benar dan mempengaruhi orang yang benar.Ketrampilan
politis termasuk memenangkan pengaruh dari oranglain, merebut kekuatan ataupun
mempertahankan kekuatan.Ketrampilan ini memungkinkan seorang untuk
terusmengembangkan kariernya. “Recently, Pfeffer (1989) suggested
thata political focus may be an important, yet overlook. persfective
inunderstanding career success”. (Timothy A. Judge, 1994:44).Pertumbuhan
kepribadian (personal growth) diharapkantumbuh sikap yang positif
terhadap keseluruhan tugaspengabdiannya, dan kedewasaan
bertindak.Pemahaman,penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya
dianutoleh seorang pemimpin.Penampilan untuk menjadikan dirinyasebagai panutan
dan teladan bagi stafnya.Peserta sebagai
input diasumsikan sudah memiliki (K)Knowledge: Pengetahuan, (S) Skill:
Ketrampilan, dan (A) Atitude:Sikap. Setelah selesai mengikuti pendidikan
diharapkan lebihmenekankan pada perubahan Atitude (Sikap), setelah itu Skill(Ketrampilan),
dan terakhir memiliki knowledge (pengetahuan).Upaya untuk menguasai KSA
menjadi ASK tidak hanya dalamsemboyan tapi diwujudkan dalam setiap penyampaian
aspekkurikulum, dengan terintegratif dalam setiap proses belajarmengajar. Aspek
tersebut memang tidak terlihat secara eksplisitdalam kurikulum, aspek tersebut
seakan-akan tersembunyi di dalamsetiap piranti, dan nyata hingga tidak perlu
penyampaian secaramonolitik.Performance
instruktur mencakup aspek-aspek: a)Kemampuan profesional, b) Kemampuan sosial,
c) Kemampuanpersonal. Ketiga standar umum ini sering dijabarkan sebagaiberikut:
(Johnson, 1980). Kemampuan profesional seorang pelatihatau instruktur meliputi:
(1) Penguasaan materi pelajaran yangterdiri dari bahan yang akan diajarkan, dan
konsep dasar keilmuandari bahan yang diajarkan itu: (2) Penguasaan dan
penghayatan ataslandasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; (3)
Penguasaanproses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.Kemampuan
sosial menyangkut kemampuan menyesuaikandiri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktumembawakan tugasnya sebagai instruktur. Kemampuan
personal(pribadi) mencakup: (1) Penampilan sikap yang positif
terhadapkeseluruhan tugasnya sebagai seorang pelatih beserta unsure -unsurnya:(2)
Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai yangseyogyanya dianut oleh seorang
instruktur: (3) Penampilan upayauntuk menjadikan dirinya panutan dan teladan
bagi peserta latihan.Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa profesiinstruktur perlu mendapat pengakuan dan
perlindungan hukum.Sehingga tidak semua orang mempunyai peluang untuk
tampilmenyelenggarakan proses belajar mengajar.Metode yang
dipergunakan dalam melaksanakan prosesbelajar mengajar dalam persepsi peserta
seyogyanya dapatmembangkitkan keakraban emosional dan memberikan
kepercayaanintelektual.Evaluasi atau
penilaian dilakukan pada dasarnya untukmengetahui keberhasilan proses belajar
mengajar yang telahdilakukan, dalam upaya menyerap kurikulum yang telah
ditetapkan.Dengan evaluasi
dapat diektahui bagian kurikulum yang dapatdikembangkan terutama yang masih
lemah. Evaluasi juga dapatmengetahui faktor penyebab kelemahan kurikulum dan
prosesbelajar mengajar. Dengan demikian dapat diupayakan carapemecahannya.3. Penempatan dan peningkatan Kinerja Pegawai.
Penempatan
kembali personil setelah mengikuti pendidikanmerupakan sebagai salah satu
tindakan manajemen.Penempatan inimenunjukkan berbagai variasi.Ada di antara
mereka yangdipromosikan atau ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi
darisebelum mengikuti pelatihan. Ada yang menempati posisi semulayang sama, dan
ada pula yang dialihtugaskan pada posisi laindengan eselon yang sama.Salah satu
tugas Bagian Personalia adalah mengaturpenempatan pegawai dan terus mengatur
personil selama beradadalam organisasi. Prinsip yang dikembangan the right man
on theright place , harus menjadi acuan bagaiaman menempatkan kembalipegawai
yan telah mengikuti diktlat tersebut .Tentu harapanpegawai dapat ditempatkan
sesuai dengan skill, ketrampilan dankemampuan kerjanya.Dalam pembinaan
personil pimpinan perlu mengembangkanstrategi self management bagi personil
yang telah selesai mengikutipendidikan dan pelatihan, supaya mereka mampu
menyelesaikanpekerjaan sendiri, melalui tanggung jawabnya bertindak
melaluimanipulasi peristiwa internal dan eksternal.Mereka dapat
mengubah dan mengembangkan perilakunyasesuai dengan potensi yang telah
dimilikinya.Bahkan diharapkanmereka dapat komitmen dengan perilaku positif yang
dicapainya.Nahoney &
Arnkoff, menegaskan bahwa “The self managementliterature treats individuals
as if they were isolated system, whosole task are those of observing their own
behaviors, setting up cuesand reimforcing and punishing themselves” (tsui,
Ashford,1974:96).Perubahan
lingkungan terjadi karena adanya penyederhanaandari hal-hal yang dipandang
sangat kritis dalam organisasi.Organisasi perlu menyesuaikan diri, termasuk
perubahan dilingkungan dan staf (Gutherie et-al, 1993:889).Pimpinan
perlumemotivasi pegawai setelah Pendidikan dan Pelatihan, termasukmemperhatikan
faktor yang sangat penting dalam peningkatankualitas manusia adalah kesehatan
personil dalam organisasi.Menjaga
kesehatan personil dalam artian yang luas termasukkesehatan lingkungan, dan
mental merupakan upaya pembinaansumber daya manusia.
C. Kesimpulan Kesimpulan utama
terkait dengan kiat-kiat pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia,
yaitu; 1) Pengkajian Kebutuhan (Need Assesment);2) Persiapan dan Pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan; 3) Penempatan
dan peningkatan Kinerja Pegawai.
DAFTAR
PUSTAKA Asmara, U. Husna, 1995, Permasalahan Sumberdaya Aparatur
:Tinjauan dari Aspek Pendidikan dan Pelatihan, Pontianak,LAN dan Pemda
Kalbar. Hersey ,Paul and Blanchard, Kennet.H, 1980, Management of
Organizational Behavior, Utilizing Human Resources, New`Delhi , Prentice
Hall of India Private Limited . Hunger,J. David dan Wheelen, Thomas L, 1993, Strategic
Management, Addison Wesley Publishing Caompany,Inc. Judge, Timothy A & Robert D Bretz ,1994, Political Influence
Behavior and Career Success, Journal of Management 20(1). Mintzberg, Henry and Brian Quinn James, 1992,The Stategy
Process, Concepts and Contexts, New Jersey USA, Prentice Hall Inc. Nawawi, Hadari, 2001, Manajemen Sumberdaya Manusia,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Nursanti, T.Desy, 2002, Strategi Teintegrasi Dalam Perencanaan
SDM , dalam Usmara, A (ed), Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, Amara books. Riva’i, Veithzal, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia untuk
Perusahaan : dari teori ke praktek, Jakarta ,RadjaGrapindo Persada.
Strategi yang
dapat ditempuh dalam pembinaanpengembangan SDM dalam manajemen dimulai dari
pengkajiankebutuhan (need assesment) untuk suatu program, persiapan
danpelaksanaan pendidikan, evaluasi dan pembinaan untukmeningkatkan effisiensi
dan efektivitas implementasi pendidikandan pelatihan. Mengembangkan kerja sama
dengan pihak pemakaiuntuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
merupakanstrategi yang cukup penting. Kegiatan tersebut akan dibahas
satupersatu berikut ini.1. Pengkajian Kebutuhan (Need Assesment)Salah satu
kegiatan dalam pengkajian ini adalah mengkajimutu unjuk kerja personil.Agar
perencanaan pendidikan danpelatihan mencapai sasaran, maka organisasi pemakai
perlumengkaji mutu unjuk kerja personil di lingkungannya secarakomprehensif.
Daniel L. Stufflebeam dkk (1985:6-7)mengemukakan beberapa definisi kebutuhan
dalam mengkajikebutuhan adalah sebagai berikut:Discrepancy
view: A need is discrepancy between desiredperformance and observed or
predicted performance”.Democratic view: A need is a charge desired by a
mayority ofsome referance group. Analytic View: A need is direction inwich
improvement can be predicted to accur, giveninformation about current status.
Diagnostic view: A need issomething who absence or defiency proves harmfull (tergantung dari sudut mana kita melihatnya,karena
kebutuhan adalah perbedaan antara kinerja yang diinginkan dan diamati atau
kinerjadiprediksi". pandangandemokratis: kebutuhan adalah
biaya yang diinginkan oleh mayority beberapa kelompok referance. AnalyticView: kebutuhan adalah arah perbaikan dapat diprediksi, pandangan diagnostik: kebutuhan adalah
sesuatu yang tidak adanya atau defiency membuktikan merugikan).
Tantangan dalam
pengembangan program dan pelaksanaankurikulum adalah faktor penatar, panitia,
dan sistem organisasi.Dalam kondisi seperti ini dituntut tanggungjawab pimpinan
sebagaiperancang program.“In dedigning profesional developmentprograms for
those responsible for instructions, instructionalleaders should address
the technical skills needed to develop andimplement an outcome-based
instructional system...” (Kathleen A.Fitzpatrick, 1995:127).Dari pembahasan
di atas jelaslah bahwa kurikulum perludiupayakan untuk dihubungkan dengan tugas
personil di lapanganyang menyangkut berbagai ketrampilan.Keterhubungan itu
memangperlu diperhatikan dalam merancang kurikulum.Substansi kurikulum perlu
menyentuh seluruh kebutuhan organisasi danpertumbuhan kepribadian peserta. Jika
dilihat dari materikurikulum, agar peserta mengalami perubahan yang
mendasarsebagai aparat pemerintah, maka kurikulum seyogyanya secarasubstansi
memuat tentang: tecnical skill, conceptual skill, humanskill, political
skill, dan personal growth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar